Rabu, 21 November 2012

komunikasi inovasi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Secara historis, bentuk-bentuk yang lebih interaktif telah diadvokasikan sebagai jawaban, sebagai kritik tentang bentuk-bentuk persuasif. Dengan mendasarkan pada cara berbeda tentang intervensi komunikatif ini, yang merupakan ide teoritis yang berbeda secara fundamental tentang mengarahkan perubahan dan inovasi. Jadi, pembagian antara cara persuasif dan inovatif sangat terkait dengan perubahan ide tentang perencanaan.
Karena ide yang berbeda bersifat substansial, asumsi dan sikap yang menggolongkan kedua pandangan tentang perencanaan dan peran komunikasi di dalamnya, mengacu pada bagian ini pada pendekatan instrumental versus pendekatan inteaktif terhadap intervensi komunikatif.
1.2   Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuannya adalah:
1.      Untuk mengetahui peran intervensi komunikatif dalam perencanaan kebijakan.
2.      Untuk memenuhi tugas makalah dari dosen pembimbing.
3.      Untuk mengetahui pendekatan instrumental dan interaktif dalam perencanaan kebijakan.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Perencanaan top down dan komunikasi instrumental
Komunikasi Instrumental adalah komunikasi yang berfungsi untuk memberitahukan atau menerangkan dan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya memercayai bahwa fakta dan informasi yang disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui. Dengan demikian fungsi komunikasi instrumental bertujuan untuk menerangkan, mengajar, menginfromasikan, mendororng, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah prilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk mneghibur.  
2.1.1        Perencanaan blue print dan pemecahan masalah
Perencanaan ini dianggap berguna untuk mendefinisikan sebelumnya tentang tujuan dan hasil yang jelas bagi masa depan, dan mungkin mengorganisir secara rsional serangkaian langkah yang akhirnya akan menuju pada hasil yang diinginkan. Model model perencanaan proyek secara khusus memasukkan sejumlah langkah seperti :
1.      definisi maasalah dan analisis masalah
2.      penentuan tujuan akhir dan tujuan proyek
3.      diagnosa lebih lanjut tentang penyebab masalah atau analisis masalah
4.      pengidentifikasian solusi alternatif
5.      pembandingan dan pengevaluasian solusi alternatif dalam hubungannya dengan tujuan atau kriteria terhadap pencapaian tujuan.
6.      Pemilihan antara opsi dan solusi alternatif
7.      Pengembangan rencana aksi untuk merealisasikan solusi
8.      Pengimplementasian rencana
9.      Monitoring dan evaluasi pencapaian umum
10.  Pengadaptasian perencanaan aksi

2.1.2        Model instrumental intervensi komunikatif
Model instrumental dari intervensi komunikatif digolongkan dalam dua gambaran penting dan saling berhubungan. Pertama, bentuk- bentuk intervensi komunikatif instrumental yang diambil setelah tujuan dan kebijakan yang berhubungan dan atau inovasi yang telah didefinisikan oleh agensi luar. Gagasan utamanya adalah mendorong sebanyak mungkin orang untuk menerima kebijakan yang diberikan (yang dibangun oleh pembuat kebijakan), atau mendorong sebanyak mungkinorang untuk mengadopsi inovasi yang diberikan (seperti yang dibangun oleh para ilmuan). Jadi, jenis komunikasi persuasif ini kurang lebih adalah fenomena’’ end of pip’’, hanya menjadi penting setelah kebijakan dan atau proses desain teknologi tersebut telah dilengkapi
Gambaran kedua dari model intervensi komunikatif yang instrumental adalah bahwa komunikasi digunakan secara sengaja sebagai instrumental kebijakan untuk menyetir dan mengarahkan kelakuan manusia , yang dianggap sangat bisa diramalkan.
Komunikasi bukanlah instrumen kebijakan yang kuat secara khusus, dan bahwa keseimbangan yang hati-hati perlu dijalankan diantara intervensi komunikatif dan instrumental kebijakan lain. Dalam beberapa hal, komunikasi bisa memainkan peran dominan dalam intervensi, misalnya dalam hal dimana kemungkinan sikap yang diinginkan dibatasi (sehingga sulit dikontrol ), ketika              pemberian sanksi sangat mahal, atau ketika diperlukan respon cepat karena tidak adanya.
Secara keseluruhan, model instrumental dari intervensi komunikatif memiliki banyak kemiripan dengan perencanaan top down / blueprint, karena dimulai dari asumsi serupa yang esensial seperti:
·         Ide bahwa sikap / masyarakat  bisa dimanipulasikan dalam cara yang bisa diramalkan,bila hanya satu orang memiliki pemahaman yang memadai tentang sikap/ masyarakat saat ini.
·         Kepercayaan yang memungkinkan untuk mendapatkan pemahaman memadai tentang penyebab dari sikap manusia, yang pada gilirannya menjadi penyebab dari masalah tertentu dalam masyarakat.

2.2  Argumentasi terhadap sebuah model interaktif untuk intervensi komunikatif
Pendekatan proses manajemen untuk perubahan dan inovasi sangat berhubungan dengan model interaktif atau “partisipatot” dari intervensi komunikatif. Disini peran komunikasi tidak terlalu menjual atau mengimplementasikan tujuan yang didefinisikan sebelumnya, kebijakan dan inovasi, tetapi malahan membantu menghasilokan dan mendesain tujuan, kebijakan, dan inovasi yang cocok dalam interaksi yang kuat dengan pihak masyarakat.
Sebuah pendekatan interaktif sering diadvokasikan untuk meningkatkan akuntabilitas kegiatan intervensi. dalam hal berfikir seperti itu, pihak-pihak yang terlibat yang seharusnya mendapatkan manfaat dari intervensi eksternal membantu membuat proyek dan staf mereka lebih akuntabel terhadap para klien. Dengan meyakinkan mereka bahwa manfaat prospektif memeiliki sejumlah kontrol tertentu terhadap anggaran dan kegiatan proyek, intervensi yang diharapkan tidak hanya menjadi lebih efektif, tetapi juga lebih sah dari prespektif etis.

2.3  Kelemahan dan kondisi : hubungan antara pendekatan interaktif dan instrumental
            Bentuk-bentuk instrumental semakin tidak populer dalam wacana intervensi, karena sifat top down yang esensial dan solusi yang sering diadaptasikan dengan buruk, yang membuat konsekuensi-konsekuensi yang tidak efektif dan  atatu merusak. Pendekatan-pendekatan interaktif tidak merupakan bat mujarab dan bisa mendatangkan masalah. Masalah-masalah tersebut sering disebutkan termasuk fakta proses-proses interaktif:
·         Bisa menyita waktu dan biaya besar bagi pekerja komunikasi maupun klien.
·         Bisa menghasilkan sedikit entusiasme pada sisi mereka yang seharusnya berpartisipasi.
·         Sering dipengaruhi secara negatif oleh konflik, hubungan kekuasaan yang tidak setara atau kapasitas yang tidak setara untuk berpartisipasi.
·         Pada saat-saat tertentu tidak membantu menghasilkan hasil atau inovasi yang nyata
·         Bisa berakhir kompromi bahwa tidak ada orang yang betuk-betul senang.
·         Secara reguler membuat hasil yang diabaikan oleh mereka yang seharusnya memasukkannya.
·         Sering menciptakan harapan tinggi yang tidak bisa didapatkan
·         Bisa menguatkan posisi para klien yang secara relatif berkuasa dan melakukannya dengan baik.
·         Bisa mencegah orang untuk bertanggung jawab.
·         dll
Walaupun kesulitan-kesulitan itu bisa menjadi nyata, namun kita harus berfokus untuk memperhatikan, bukan hanya pada kualitas fasilitasi proses lebih lanjut, tetapi juga pada peningkatan pandangan kita kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas proses interaktif, dan pada kondisi yang telah ada, yanng mungkin membuata hal itu terjadi.


















BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Pendekatan interaktif menuju intervensi komunikatif didasarkan pada perbedaan ide dan asumsi. Yang radikal dari hal-hal yang mendasari model instrumental. Secara khusus digolongkan dengan sangat kurang percaya diri dalam perubahan yang bisa diramalkan dan dikontrol. Pada praktiknya, cara berfikir yang mendasari tentang penggunaan pendekatan interaktif bervariasi dari konteks yang satu dan lainnya, dan bisa berpengaruh secara signifikan padacara dimana proses-proses tersebutdiorganisir.










DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar