BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara
historis, bentuk-bentuk yang lebih interaktif telah diadvokasikan sebagai
jawaban, sebagai kritik tentang bentuk-bentuk persuasif. Dengan mendasarkan
pada cara berbeda tentang intervensi komunikatif ini, yang merupakan ide
teoritis yang berbeda secara fundamental tentang mengarahkan perubahan dan
inovasi. Jadi, pembagian antara cara persuasif dan inovatif sangat terkait
dengan perubahan ide tentang perencanaan.
Karena
ide yang berbeda bersifat substansial, asumsi dan sikap yang menggolongkan
kedua pandangan tentang perencanaan dan peran komunikasi di dalamnya, mengacu
pada bagian ini pada pendekatan instrumental versus pendekatan inteaktif
terhadap intervensi komunikatif.
1.2 Tujuan
Dalam
pembuatan makalah ini, adapun tujuannya adalah:
1.
Untuk mengetahui peran intervensi
komunikatif dalam perencanaan kebijakan.
2.
Untuk memenuhi tugas makalah dari dosen
pembimbing.
3. Untuk
mengetahui pendekatan instrumental dan interaktif dalam perencanaan kebijakan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan top down dan komunikasi
instrumental
Komunikasi Instrumental adalah komunikasi
yang berfungsi untuk memberitahukan atau menerangkan dan mengandung muatan
persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya memercayai bahwa
fakta dan informasi yang disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui.
Dengan demikian fungsi komunikasi instrumental bertujuan untuk menerangkan,
mengajar, menginfromasikan, mendororng, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah
prilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk mneghibur.
2.1.1
Perencanaan
blue print dan pemecahan masalah
Perencanaan ini dianggap berguna untuk
mendefinisikan sebelumnya tentang tujuan dan hasil yang jelas bagi masa depan,
dan mungkin mengorganisir secara rsional serangkaian langkah yang akhirnya akan
menuju pada hasil yang diinginkan. Model model perencanaan proyek secara khusus
memasukkan sejumlah langkah seperti :
1.
definisi maasalah dan analisis masalah
2.
penentuan tujuan akhir dan tujuan proyek
3.
diagnosa lebih lanjut tentang penyebab masalah
atau analisis masalah
4.
pengidentifikasian solusi alternatif
5.
pembandingan dan pengevaluasian solusi
alternatif dalam hubungannya dengan tujuan atau kriteria terhadap pencapaian
tujuan.
6. Pemilihan
antara opsi dan solusi alternatif
7. Pengembangan
rencana aksi untuk merealisasikan solusi
8.
Pengimplementasian rencana
9.
Monitoring dan evaluasi pencapaian umum
10. Pengadaptasian
perencanaan aksi
2.1.2
Model
instrumental intervensi komunikatif
Model
instrumental dari intervensi komunikatif digolongkan dalam dua gambaran penting
dan saling berhubungan. Pertama, bentuk- bentuk intervensi komunikatif
instrumental yang diambil setelah tujuan dan kebijakan yang berhubungan dan
atau inovasi yang telah didefinisikan oleh agensi luar. Gagasan utamanya adalah
mendorong sebanyak mungkin orang untuk menerima kebijakan yang diberikan (yang
dibangun oleh pembuat kebijakan), atau mendorong sebanyak mungkinorang untuk
mengadopsi inovasi yang diberikan (seperti yang dibangun oleh para ilmuan).
Jadi, jenis komunikasi persuasif ini kurang lebih adalah fenomena’’ end of
pip’’, hanya menjadi penting setelah kebijakan dan atau proses desain teknologi
tersebut telah dilengkapi
Gambaran
kedua dari model intervensi komunikatif yang instrumental adalah bahwa
komunikasi digunakan secara sengaja sebagai instrumental kebijakan untuk
menyetir dan mengarahkan kelakuan manusia , yang dianggap sangat bisa
diramalkan.
Komunikasi
bukanlah instrumen kebijakan yang kuat secara khusus, dan bahwa keseimbangan
yang hati-hati perlu dijalankan diantara intervensi komunikatif dan
instrumental kebijakan lain. Dalam beberapa hal, komunikasi bisa memainkan
peran dominan dalam intervensi, misalnya dalam hal dimana kemungkinan sikap
yang diinginkan dibatasi (sehingga sulit dikontrol ), ketika pemberian sanksi sangat mahal,
atau ketika diperlukan respon cepat karena tidak adanya.
Secara keseluruhan, model instrumental dari
intervensi komunikatif memiliki banyak kemiripan dengan perencanaan top down /
blueprint, karena dimulai dari asumsi serupa yang esensial seperti:
·
Ide bahwa sikap / masyarakat bisa dimanipulasikan dalam cara yang bisa
diramalkan,bila hanya satu orang memiliki pemahaman yang memadai tentang sikap/
masyarakat saat ini.
·
Kepercayaan yang memungkinkan untuk
mendapatkan pemahaman memadai tentang penyebab dari sikap manusia, yang pada
gilirannya menjadi penyebab dari masalah tertentu dalam masyarakat.
2.2 Argumentasi terhadap sebuah model
interaktif untuk intervensi komunikatif
Pendekatan proses manajemen untuk
perubahan dan inovasi sangat berhubungan dengan model interaktif atau
“partisipatot” dari intervensi komunikatif. Disini peran komunikasi tidak
terlalu menjual atau mengimplementasikan tujuan yang didefinisikan sebelumnya,
kebijakan dan inovasi, tetapi malahan membantu menghasilokan dan mendesain
tujuan, kebijakan, dan inovasi yang cocok dalam interaksi yang kuat dengan
pihak masyarakat.
Sebuah pendekatan interaktif sering
diadvokasikan untuk meningkatkan akuntabilitas kegiatan intervensi. dalam hal
berfikir seperti itu, pihak-pihak yang terlibat yang seharusnya mendapatkan
manfaat dari intervensi eksternal membantu membuat proyek dan staf mereka lebih
akuntabel terhadap para klien. Dengan meyakinkan mereka bahwa manfaat
prospektif memeiliki sejumlah kontrol tertentu terhadap anggaran dan kegiatan
proyek, intervensi yang diharapkan tidak hanya menjadi lebih efektif, tetapi
juga lebih sah dari prespektif etis.
2.3 Kelemahan dan kondisi : hubungan
antara pendekatan interaktif dan instrumental
Bentuk-bentuk instrumental semakin
tidak populer dalam wacana intervensi, karena sifat top down yang esensial dan
solusi yang sering diadaptasikan dengan buruk, yang membuat
konsekuensi-konsekuensi yang tidak efektif dan
atatu merusak. Pendekatan-pendekatan interaktif tidak merupakan bat
mujarab dan bisa mendatangkan masalah. Masalah-masalah tersebut sering
disebutkan termasuk fakta proses-proses interaktif:
·
Bisa menyita waktu dan biaya besar bagi
pekerja komunikasi maupun klien.
·
Bisa menghasilkan sedikit entusiasme
pada sisi mereka yang seharusnya berpartisipasi.
·
Sering dipengaruhi secara negatif oleh
konflik, hubungan kekuasaan yang tidak setara atau kapasitas yang tidak setara
untuk berpartisipasi.
·
Pada saat-saat tertentu tidak membantu
menghasilkan hasil atau inovasi yang nyata
·
Bisa berakhir kompromi bahwa tidak ada
orang yang betuk-betul senang.
·
Secara reguler membuat hasil yang
diabaikan oleh mereka yang seharusnya memasukkannya.
·
Sering menciptakan harapan tinggi yang
tidak bisa didapatkan
·
Bisa menguatkan posisi para klien yang
secara relatif berkuasa dan melakukannya dengan baik.
·
Bisa mencegah orang untuk bertanggung
jawab.
·
dll
Walaupun kesulitan-kesulitan
itu bisa menjadi nyata, namun kita harus berfokus untuk memperhatikan, bukan
hanya pada kualitas fasilitasi proses lebih lanjut, tetapi juga pada
peningkatan pandangan kita kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi
produktifitas proses interaktif, dan pada kondisi yang telah ada, yanng mungkin
membuata hal itu terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan interaktif menuju intervensi
komunikatif didasarkan pada perbedaan ide dan asumsi. Yang radikal dari hal-hal
yang mendasari model instrumental. Secara khusus digolongkan dengan sangat
kurang percaya diri dalam perubahan yang bisa diramalkan dan dikontrol. Pada
praktiknya, cara berfikir yang mendasari tentang penggunaan pendekatan
interaktif bervariasi dari konteks yang satu dan lainnya, dan bisa berpengaruh
secara signifikan padacara dimana proses-proses tersebutdiorganisir.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar